NusaInaNews.Com.Namlea, – Laporan lahan ketel Rana Katin Lahin oleh Ibrahim Wael kepada polres pulau Buru, masih tetap bebas ber aktivitas ,dan tidak tersentuh saat terjadi penyisiran beberapa waktu lalu oleh pihak polres buru, saat di.minta keteranga di desa persiapan wamsait kecamatan Lolong Guba kabupaten Buru Minggu 23/6. 2024.
Salah se orang oknum PNS (Guru) atas nama Syarif,yang di duga dalang dari ketidak patuhan terhadap hukum, dengan sesumbar mengatakan bahwa , kalau yang bersangkutan dan rekan rekannya bebas ber operasi atas petunjuk oknum di polres, dengan menyetor 25 juta per domping, per bulan melalui tangan ponakan Ibrahim Wael, atas nama Alfin.Wael.
Oknum Guru ini, dengan bangga nya, mencatut nama kepolisian dengan melontarkan kalimat bahwa mereka bebas kerja , atas kesepakatan yang mereka buat di SPKT Polres pulau Buru..
“Menurut Ibrahim.Wael, setelah berkoordinasi dengan pihak keamanan di beberapa pos, mereka menuju lahan milik nya. Alangkah terkejutnya Saya, ternyata di lokasi tersebut, sudah ada orang yang di komandoi oleh guru Syarif untuk melakukan aktivitas..
Menurut pengakuan guru Syarif, aktifitas ini di lakukan atas dasar petunjuk Oknum oknum di polres dengan menyetor 25 juta per domping,per bulan..
Setelah di telusuri, Syarif memiliki 2 domping, bunda Mirna 3 domping.
Yang menjadi pertanyaan, persoalan ini sudah di laporkan ke polres dan telah di lakukan penertiban. Namun fakta di lapangan masih ada aktivitas seperti biasa. Bahkan belakangan di ketahui bahwa penambangan liar di lokasi lahan tersebut semakin marak..
“Dengan kesal Ibrahim mengatakan bahwa laporan polisi terkait penyerobatan lahan ini sudah cukup lama, namun terkesan pihak kepolisian polres mengabaikannya.”kesal ibrahim.
Ketika ditanya wartawan harapan dari Ibrahim, Dia berharap dari pihak kepolisian yang menangani persoalan ini harus betul betul memperhatikan dengan serius untuk menyelesaikan nya dengan baik.”harapnya.
“Sehingga tidak terkesan pihak kepolisian yang menangani kasus ini mengabaikan laporan ini yang sudah cukup lama di laporkan.. Menurut Ibrahim, hal ini terkesan pihak polres mengamankan kejahatan. Kata Ibrahim kesal.
” lanjut Ibrahim, seharusnya pihak polres yang telah menerima laporan, harus tegas dalam menerapkan hukum .Se hingga tidak di nilai oleh masyarakat bahwa penerepan hukum ini terkesan hukum se penggal penggal.
Dia menyesalkan penerapan hukum di Buru ini hanya berlaku untuk orang orang yang lemah. Sedangkan orang orang yang ber duit di istimewakan..
Ketika di tanya wartawan tentang fakta di lapangan hari ini, sepertinya penertiban 9 hari lalu itu hanya main main.
Buktinya, di lokasi lokasi tertentu seperti alur janda, dan beberapa lokasi lainnya, aktifitas tetap berjalan seperti biasa.
Menurut Ibrahim ,lokasi lokasi itu tidak pernah tersentuh penertiban..Malahan aktifitas semakin hari semakin banyak penambang liar yang masuk.Dia merasa lucu Karna penyisiran dan penertiban 9 hari lalu, itu hanyalah ajal ajakan saja..
Sambung nya lagi, kalau dari pihak aparat melakukan penertiban harus penertiban an keseluruhan .jangan tinggalkan lokasi yang nantinya dijadikan lahan bersama..”katanya
“Sebagai contoh di pohon sagu itu ada penertiban,namun di atas gunung tidak ada penertiban. Demikian juga di wasboli dalam tidak ada penertiban. Ini sangat sangat disesalkan..
Ketika di tanya berapa ketel milik Ibrahim, menurutnya, ketel yang dimiliki di daerah kating dain, 2 tungku sudah musnah dan tinggal 1 tungku. Seluruhnya 5 buah dan waris 3 buah. Waris Anahoni kepala Wamsait juga milik Waris.Namun tidak lalu waris mengklaim semua ketel itu adalah milik waris Karena di situ semua dusun. Kayu putih sudah terbagi habis.jadi masing masing dengan hak miliknya.”ucapnya.
“Kalau Rana kating dain itu warisan dari ayah Ibrahim. Wael.tidak ada kaitan dengan waris. Sehingga kalau berbicara tentang waris, bila saya tidak ada, .akan masih ada yang lebih tua yang mengati nya tersebut..yakni Abdullah, yang adalah anak tertua dari alm Mansur. Kalau di jikimerasa itu ada salah satu waris yakni Ali. Wael. Ini adalah silsilah keturunan. “pungkas ibrahim wael..(ferdi)